Sunday, January 10, 2016

Singgah dalam Kehidupan

"Tidak ada kepuasan dalam kefanaan, maka bersyukurlah sejak dini agar tak digerus oleh goresan tinta peradaban yang fakir akan materi (HU, 10 Januari 2016)".

Dimulai dari lahirnya seorang anak terakhir dari empat bersaudara, orangtuanya adalah mantan saudagar kaya yang pernah mengistilahkan hidupnya dengan kecukupan. Anak manja terakhir ini adalah anak yang paling dikasihi, hingga ia tidak mendapatkan tempat yang layak dalam perjuangan hidup yang fana ini. Ia jua tidak pernah merasakan tetesan air mata kelaparan sampai derasnya hembusan angin bebas di sudut rumahnya. Masa kecilnya dipenuhi dengan keanekaragaman manusia seusianya yang sama-sama berkembang dengan materi yang mumpuni, hingga beranjak remaja dan sebuah kisah pilu pun dimulai.

Hari itu anak ini beranjak remaja, lalu ia melihat saudara tuanya terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan sehingga orangtuanya harus mengamalkan seluruh harta yang mereka miliki. Anak ini pun merasakan puasnya kelaparan dan dinginnya hembusan angin malam. Akhirnya saudagar yang dengan istilah kecukupan pun harus semakin mencukupi.

"Orang sombong itu pernah miskin, entah miskin ilmu atau miskin materi (HU, 10 Januari 2016)".

"Gunakanlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara, yaitu masa muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati (HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi)".

Singkat cerita anak ini pun akhirnya berjuang keras, waktu ini adalah ketika ia berada di perguruan tinggi, Ia menjadi kurir antar barang menerjang hujan maupun teriknya matahari, ia tidak pernah memperdulikan bayangannya ketika dahulu ia hanya bisa meminta diantarkan segala sesuatunya, yang ia pahami saat itu adalah untuk mencukupi segala hal yang berhubungan dengan isi perut keluarganya. Nilai masa pendidikannya pun terus menurun hingga ia lulus dari perguruan tinggi dan mendapatkan nilai yang tidak sesuai harapan. Dalam hati kecilnya "setidaknya cukuplah IPK 2.8 itu".

Selepasnya ia dari perguruan tinggi lalu ia mendedikasikan diri untuk mengajar anak berkebutuhan khusus, dengan mengistilahkan ingin mencukupi pendapatan dalam kesempitan tanpa niat, namun ternyata Allah Swt telah memberikannya petunjuk yang sangat membuka pikirannya dengan jalan ini. Ia memahami begitu indah masa kecilnya itu, ketimbang anak yang ia didik ini, itu sedikit menghilangkan kesedihannya untuk singgah dalam kehidupan ini dan mungkin akan ada begitu banyak lagi skenario yang akan datang dari Nya, yang tidak akan pernah ia bayangkan sebelumnya. Anak ini pun berkata dalam hatinya "Ini adalah jawaban pertama atas skenario masa kecilku, yang aku lalai dalam memahaminya, belum jawaban atas skenario masa remaja dan pasti akan ada hal yang tidak akan terduga nanti, di balik skenario Nya". Bagaimana kisah selanjutnya tentang anak ini. -Bersambung-

Makna yang terkadung dalam cerita sederhana ini adalah bagaimana kita menilai kehidupan dengan cara kita sendiri, karena persepsi manusia tidak ada yang sama dalam menanggapinya, maka kita membutuhkan Allah Swt untuk memberikan petunjuk Nya. Semoga Allah Swt selalu memberikan rahmat, berkah dan hidayah Nya kepada kita semua agar sebelum kelalaian maupun setelah kelalaian kita dapat mengambil pelajaran dalam hidup ini, apalagai hidup yang hanya kita singgahi ini. Wallahu a'lam.